• Jelajahi

    Copyright © - Babelan Info
    babelan info

    Iklan

    Pasang Iklan Paling Murah

    Mental Health Pasca COVID-19

    Sabtu, Desember 11, 2021 WIB Last Updated 2025-01-01T11:19:24Z

    Mental Health Pasca COVID-19

     

    Sejak ditetapkan terjadinya penularan wabah antar manusia di Wuhan, China pada 31 Desember 2019, infeksi coronavirus-19 (COVID-19) yang menyebabkan penyakit Severe Acute Respiratory Syndrome — Coronavirus 2 (SARS-COV-2) menjadi pandemi global hampir di seluruh belahan dunia.


    Seperti di negara lainnya, pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan bagi masyarakat. Pandemi COVID-19 dengan transmisi penularan yang aktif dan tingkat kematian yang tinggi menyebabkan masalah ini mengarah pada gangguan kesehatan mental. Hal ini disebabkan oleh adanya kebiasaan baru yang wajib dilakukan oleh masyarakat, yaitu salah satunya adalah melakukan pembatasan sosial. Selain berdampak langsung pada petugas medis dan kesehatan, peningkatan kasus gangguan kesehatan mental juga dirasakan oleh masyarakat. Permasalahan yang sering terjadi diantaranya, gejala kecemasan, depresi, dan trauma karena COVID-19.


    Adapun dampak yang terjadi baik sebelum maupun pasca pandemi COVID-19 ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik saja, namun juga berdampak terhadap kesehatan jiwa dari jutaan orang, baik yang terpapar langsung oleh virus maupun pada orang yang tidak terpapar virus. 


    Kesehatan mental merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesehatan yang menyeluruh. Seperti pada Juli 2020, kasus bunuh diri terjadi pada pasien COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur dari lantai 6 Rumah Sakit karena depresi dikarenakan pasien tujuh kali melakukan swab dan hasilnya selalu positif. Kasus ini menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 menjadi pemicu permasalahan kesehatan mental pada tahap yang memprihatinkan.


    Seperti yang dilansir dari From bbc.com seorang psikoterapis dan juru bicara Dewan Psikoterapi Inggris mengatakan,“Ada banyak orang yang sudah menderita kecemasan dalam masyarakat modern kita, tetapi orang yang lebih mudah cemas bisa terus merasakannya dan kondisinya bisa memburuk. Bahkan jika pandemi COVID-19 berakhir, beberapa orang mungkin tetap cemas, karena masih ada risiko varian virus lainnya.”

    Komentar

    Tampilkan